KELANGKAAN MINYAK TANAH TERNYATA TIDAK MEMPENGARUHI PRODUKSI DARI PARA PENGERAJIN KOMPOR YANG TERGABUNG DALAM KELOMPOK USAHA MANDIRI DI DAERAH BABAKAN, KECAMATAN CAKRANEGARA, MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT.
DENGAN KELANGKAAN MINYAK TANAH YANG MELANDA NEGERI INI, MEREKA TIDAK KEHABISAN AKAL, BIASANYA MEREKA MEMBUAT KOMPOR DENGAN 14 SUMBU DAN 20 SUMBU, KINI AKIBAT KELANGKAAN MINYAK TANAH TERSEBUT, MEREKA MEMODIFIKASI UKURAN KOMPOR MENJADI LEBIH KECIL, YAITU KOMPOR DENGAN 8 ATAU 10 SUMBU SEHINGGA JUMLAH SUMBUNYA JUGA LEBIH SEDIKIT.
DENGAN JUMLAH SUMBU YANG LEBIH SEDIKIT, MAKA PENGGUNAAN MINYAK TANAH YANG DIPERLUKAN JUGA LEBIH SEDIKIT. DARI PENUTURAN PARA PENGERAJIN, ORDER KOMPOR DENGAN UKURAN LEBIH KECIL SEMAKIN MENINGKAT.
NAMUN, MENURUT ZUBAIDI, SALAH SEORANG PENGRAJIN KOMPOR DI BABAKAN INI, SALAH SATU KENDALA YANG MEREKA HADAPI ADALAH UNTUK MEMBUAT SEBUAH KOMPOR DENGAN SUMBU YANG LEBIH SEDIKIT INI, TERNYATA MEMBUTUHKAN WAKTU YANG LEBIH LAMA, KARENA SEMAKIN KECIL UKURAN KOMPOR MAKA SEMAKIN RUMIT PEMBUATANNYA.
WALAUPUN BERBAGAI KEBIJAKAN YANG PEMERINTAH AKAN MINYAK TANAH, SEPERTI PENGURANGAN SUBSIDI SAMPAI PENGURANGAN JUMLAH PASOKAN NAMUN TIDAK MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS MEREKA. SETIAP HARI DENGAN MENGGUNAKAN PERALATAN YANG CUKUP SEDERHANA MEREKA MAMPU MENGHASILKAN KARYA YANG BERMANFAAT BAGI MASYRAKAT. BAHAN-BAHAN YANG DI GUNAKAN JUGA RELATIF MUDAH DI DAPAT, SEHINGGA HARGANYA RELATIF LEBIH MURAH DI BANDING KOMPOR-KOMPOR BUATAN DARI DAERAH LAIN.
(SUMBER: TVRI NTB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar